EMAIL

sensasimedsos@gmail.com

Alumni

Foto Orang

Maria Berdika Agustina Hutagalung, S.Pd

Shalom, nama saya Maria berdika Agustina Hutagalung. Saya ingin berbagi kesaksian tentang pengalaman bersama dengan Tuhan.

Sebelumnya saya ingin menyampaikan tentang profil keluarga saya. Sejak saya kecil orang tua saya sudah terlibat dalam pelayanan bahkan pernah menggembalakan satu jemaat di daerah saya namun tidak berjalan mulus dan akhirnya orang tua saya memutuskan untuk melepaskan pelayanan sebagai gembala dan hanya bergabung dengan gereja lokal dan menopang gereja tersebut dalam pelayanan.

Sejak saya beranjak remaja hingga saya berkuliah saya sudah terbiasa melayani di gereja namun sebelum saya menjelaskan tentang riwayat saya menjadi seorang sarjana pendidikan agama Kristen di STTII Medan, saya ingin menceritakan sedikit awal tentang keputusan saya ingin menjadi seorang hamba Tuhan.

Dulu ketika saya telah menyelesaikan sekolah SMP, ada hari libur untuk kenaikan kelas ke tingkat SMA. Di saat itu bapak saya berhenti bekerja sebagai sopir angkot karena banyak kerugian dan kerusakan di mobil angkotnya jadi orang tua saya tidak bisa bekerja lagi seperti biasanya dan kami hanya mengandalkan Mama saya yang pada saat itu berprofesi sebagai tukang urut.

Lalu kemudian karena sulitnya perekonomian kami saat itu bahkan untuk makan sehari-hari juga susah maka orang tua saya memanggil saya secara pribadi dan mereka menyampaikan dengan sangat perlahan dan hati-hati kepada saya mengenai kelanjutan sekolah saya. Lalu orang tua saya berkata pada saat itu bahwa saya tidak bisa lanjut ke tingkat SMA. Dan orang tua saya minta supaya saya berhenti sekolah untuk 1 tahun saja. Pada saat itu saya tidak bisa menjawab apapun dan saya hanya diam dan detik itu juga saya langsung ke kamar saya dan mulai berdoa sambil menangis.

Saya bilang sama Tuhan bahwa saya sudah melayani Tuhan sejak saya kelas 6 SD bahkan sampai SMP dan beranjak ke SMA lalu ketika ada musibah bahwa orang tua saya berhenti saya merasa Tuhan tidak adil saat itu karena saya merasa bahwa Tuhan tidak menolong saya. Saya bilang pada Tuhan kalau saya berhenti sekolah setahun dan tertinggal dengan teman saya maka Tuhan akan dipermalukan karena berarti Tuhan tidak mampu untuk membawa saya ke tingkat SMA. Lalu saya memohon dengan berdoa dan berpuasa, saya berkata kepada Tuhan bahwa saya akan membayar harga. Jika Tuhan bisa membawa saya masuk sekolah tingkat SMA maka saya akan menjadi seorang hamba tuhan dan siap untuk berdoa bagi bangsa ini.

Saya melakukan doa Dan puasa itu selama kurang lebih seminggu atau lebih dari itu. Kalau tidak lama saya berdoa dan berpuasa Paman dari ibu saya bertelepon kepada orang tua saya dan dia berkata bahwa saya harus sekolah. Namun orang tua saya bilang bahwa mereka tidak punya uang tapi pada akhirnya tulang saya berkata sekolahkan saja tidak perlu takut ada uang atau tidak Tuhan pasti tolong.

Dan entah bagaimana orang tua saya bisa dapat uang akhirnya saya bisa sekolah pada saat itu saya bersyukur karena akhirat saya tidak jadi berhenti. Namun beriringnya waktu saya tamat sekolah SMA saat itu saya ambil SMK. Saya lupa tentang janji saya karena yang saya kira adalah saya ingin menjadi hamba tuhan tapi bukan berarti sekolah teologi dan hanya cukup melayani saja di gereja. Hingga ada tawaran dari orang lain bahwa saya bisa masuk sekolah medis pada saat itu jurusan farmasi dan jika saya mendapatkan IPK 3,5 atau lebih maka saya bisa mendapatkan beasiswa. Akhirnya orang tua saya mengusahakan supaya saya bisa masuk ke sekolah medis itu dengan cara apapun. Lalu saya mulai bersekolah hingga sampai pertengahan semester 1 saya berusaha supaya bisa mendapatkan IP sesuai standar yang ditentukan dan tiba waktunya pengumuman tentang IPK. Perasaan itu sudah harus membayar uang kuliah status semester dan IPK saya sudah keluar ketika saya melihat nilai IPK saya, saya mendapat nilai 3,78. dan seharusnya saya mendapatkan beasiswa dari kampus tersebut namun ternyata saya kecewa karena saya tidak diberikan beasiswa dan beasiswanya diberikan kepada anak tentara karena mereka mengatakan bahwa anak tentara lebih didahulukan saya tidak tahu apa alasannya.

Akhirnya saya tidak bisa melanjutkan perkuliahan saat itu dan saya sangat kecewa dengan pihak kampus dan semuanya terutama kepada Tuhan pada saat itu. Saya mulai tidak mau melayani lagi saya tidak mau datang ke gereja, dan temanku saya mengajak saya untuk pergi ke diskotik. Namun dibalik itu saya merasa tidak nyaman karena saya tidak terbiasa dengan aktivitas seperti itu.

Tapi itu saya lakukan sebagai wujud pemberontakan saya kepada Tuhan.

Singkat cerita saya mulai melamar pekerjaan dan saya selalu gagal saya ditipu bahkan saya mengalami kerugian.

Hingga suatu ketika tulang saya kembali menelepon orang tua saya dan berkata bahwa saya mengingkari janji saya kepada Tuhan.

Lalu tulang saya bilang ke mana pun saya pergi Tuhan pasti akan tagih janji saya kepada Tuhan.

Hingga akhirnya tolong saya menyuruh saya untuk sekolah teologi dan ikut dia.

Pada saat itu saya mengambil jurusan teologi pastoral konseling. Namun singkat cerita saya juga mengalami masalah di kampus tersebut pada saat itu saya berkuliah di STT lintas budaya di Batam. Saya mengalami masalah dengan tulang saya karena saya mengalami kekerasan di tempat saya tinggal bersama dengan tulang saya.

Hingga akhirnya singkat cerita dari Batam saya ditarik kembali oleh orang tua saya ke Medan dan saya mulai bekerja saya mengambil pekerjaan apapun. Mulai dari sales investasi di salah satu perusahaan dalam JW Marriott. Kalau saya juga merasa seperti tidak ada hasil pada saat itu karena saya tidak mendapatkan gaji saya. Kemudian saya mulai bekerja sebagai pengurus toko baju anak-anak di daerah Setiabudi dan saya juga merasa teraniaya di situ secara verbal. Dan saya cuman bertahan sekitar dua atau tiga bulan.

Lalu saya mendapatkan tawaran kerja di salah satu usaha dagang PT kecil bernama Primo saya dijadikan sebagai sales khusus untuk pembersih kamar mandi. Saya harus bertanda sesuai standar sales dan saya tidak nyaman dengan hal itu saya ditempatkan di sebuah stand di toko bangunan. Dengan pakaian yang mini dandanan yang menor dan saya harus siap bekerja di hari libur bahkan khususnya di hari Minggu.

Lalu satu momen saya merasa bahwa saya kering dan ada sesuatu yang hilang dalam diri saya. Saya menangis pada saat itu dalam pekerjaan saya saya bilang sama Tuhan bahwa saya rindu untuk beribadah tapi saya tidak bisa melaksanakan ibadah karena kerjaan. Dari rasa penderitaan itu saya bertanya dalam hati kepada Tuhan saya berkata bahwa saya ingin bekerja di suatu tempat di mana saya bisa melayani di tempat pekerjaan tersebut hari Minggu bisa beribadah hari merah bisa libur dan pekerjaannya tidak memakan waktu 1 harian saya tidak mengharapkan gaji yang besar tapi yang saya harapkan saya bisa tetap bekerja dan melayani.

Entah bagaimana ada satu gambaran yang timbul dalam pikiran saya bahwa saya harus mencari seorang guru. Lalu dalam hati saya bertanya kalau mau jadi guru, saya harus jadi guru apa karena kalau sekolah pendidikan pasti akan memakan banyak biaya sementara orang tua saya tidak bekerja. Lalu ada pikiran saya harus jadi guru agama dan saya merasa bahwa ada sponsor yang pastinya akan menolong mahasiswa yang sulit berkuliah.

Dengan pikiran seperti itu saya mulai mencari dan kebetulan di tempat saya beribadah berjamaah walaupun saya sudah jarang beribadah ada satu hamba Tuhan yang menawarkan saya untuk berkuliah pada saat itu awalnya dia bertanya tentang tujuan hidup saya dan saya bilang saya punya kerinduan untuk sekolah teologia namun dengan mengambil jurusan pendidikan agama Kristen dan beliau menawarkan saya untuk berkuliah dan beliau juga menemani saya untuk mencari kampus yang cocok sesuai dengan budget saya.

Hingga akhirnya saya mulai menelusuri beberapa kampus dan saya menemukan kampus STTII Medan. Lalu di awal tahun pertama saya kuliah saya masih menggunakan biaya sendiri dan dibantu oleh adik saya untuk membayar uang kuliah kemudian di tahun berikutnya saya mendapatkan sponsor untuk saya bisa berkuliah sampai 4 tahun. Dan pada saat wisuda saya juga banyak mengalami kesulitan namun Tuhan tetap menolong hingga akhirnya saya tamat dan menjadi mahasiswa terbaik pada saat itu.

Di saat itu saya hanya menangis dan bersyukur kepada Tuhan karena saya sudah gagal kuliah 2 kali tapi Tuhan menolong saya di kuliah saya yang ketiga ini hingga akhirnya selesai dan bahkan menjadi mahasiswa yang terbaik sebagai hadiah untuk orang tua saya pada saat itu. Dan hingga detik ini saya sudah menjadi seorang guru di salah satu yayasan Kristen. Dan semua kerinduan saya di awal cerita hingga sampai saat hari ini semuanya terwujud oleh karena pertolongan Tuhan.

Awalnya saya mulai kecewa kepada Tuhan karena saya hanya mengukur dari apa yang saya lakukan kepada Tuhan dan apa yang Tuhan berikan.

Namun ternyata saya belum mengenal pribadinya lebih dalam pada saat itu. Dan ketika saya begitu banyak mengalami proses sebelum mencapai tujuan yang sekarang, saya mulai mengenal dia secara pribadi dan tidak menuntut kepada Tuhan tetapi lebih menyadari bahwa saya harus menjadi orang yang berkenan kepada Tuhan.

Maka kenapa firmannya tentang carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.

Inilah kesaksian saya bersama dengan Tuhan kiranya saudara-saudari yang membaca kesaksian saya dapat mengalami pertolongan dan pengalaman yang indah bersama dengan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.