sensasimedsos@gmail.com
sensasimedsos@gmail.com
Kisah Inspiratif : “Semua karena Penyertaan Tuhan” oleh Moses Murdiyono, M.Pd
Shalom saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan,
Perkenalkan, nama saya Moses Murdiyono. Saya lahir dan besar di sebuah desa kecil di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Saya anak pertama dari tiga bersaudara, saya mempunyai dua adik yang terdiri dari Laki-laki dan Perempuan. Ayah saya seorang buruh serabutan dan Ibu sebagai ibu rumah tangga biasa, mereka tak pernah sekolah tinggi tapi sangat luar biasa dalam kasih dan iman kepada Tuhan.
Sejak kecil, saya tidak hidup dalam kemewahan atau kekayaan. Tapi meski hidup kami serba pas-pasan, satu hal yang selalu hadir di rumah kami adalah doa. Setiap malam, sebelum tidur kami berkumpul, membuka Alkitab, dan berdoa bersama. Saya masih ingat, ibu dan bapak saya sering berkata, “Moses, mungkin kamu tidak punya apa-apa di dunia ini, tapi kamu punya Tuhan. Dan itu cukup.”
Waktu saya lulus SMP, saya memutuskan masuk SMK jurusan Teknik Pemesinan, karena saya pikir itu cepat lulus dan bisa langsung kerja bantu orang tua. Terbukti ketika lulus SMK saya bekerja di Jakarta di salah satu pabrik Plastik, tetapi itu tidak berlangsung lama karena saya tiba-tiba mendapat panggilan dari Tuhan untuk melanjutkan kuliah. Tetapi pada waktu itu saya untuk memutuskan meneruskan kuliah cukup lama karena saya menyadari bahwa tidak punya cukup modal untuk biayanya. Selain itu, saya berkeinginan kuliah tetapi tidak melanjutkan sesuai jurusan yang sama yaitu Teknik Pemesinan ketika SMK, ketika saya berdoa dan bertanya kepada Tuhan, jawaban Tuhan hanya satu yaitu “Kamu sekolah pendeta”. Tapi saya merasa berat karena saya sendiri bukan dari anak pendeta dan iman saya belum bertumbuh secara dewasa. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah tetapi dengan jurusan yang tidak jauh dari menjadi pendeta yaitu Pendidikan Agama Kristen dengan tujuan ketika nanti panggilan itu masih ada, saya bisa meneruskan ke sekolah Alkitab. Sebenarnya ini bukan pilihan yang baik karena berusaha melawan panggilan Tuhan.
Panggilan Tuhan itu muncul, bermula ketika di tahun-tahun SMK itu, saya mulai aktif di pelayanan pemuda gereja. Pada waktu itu, saya ditunjuk menjadi seorang Worship Leader dalam acara ibadah di gereja saya, namun ketika baru latihan satu lagu, ada pemain musik yang mengatakan kepada saya “Moses, suaramu itu sangat fals, selamanya kamu tidak bisa menyanyi”. Dari situ saya mulai merasa sedih dan kecewa sama Tuhan, kenapa saya tidak mempunya talenta seperti orang lain, bernyanyi aja tidak bisa apalagi bermain music. Saya nangis dan sangat kecewa, tapi akhirnya saya berdoa kepada Tuhan dan minta kepada Tuhan untuk ditunjukkan apa yang menjadi talentaku. Tak lama Tuhan menjawab doaku, dimana saya dipilih menjadi ketua pemuda gereja dan bahkan itu berlangsung selama 6 periode. Selain itu, dari sanalah panggilan itu muncul: panggilan untuk mengajar tentang Tuhan, untuk mendidik iman orang lain.
Tentu saja saya ragu. Saya ini siapa? Anak buruh. Lulusan SMK. Nggak punya tabungan, nggak ada koneksi, dan nilai saya biasa-biasa saja. Tapi suara itu tidak pernah padam. Saya merasa Tuhan terus mengetuk hati saya, berkata, “Moses, Aku ingin pakai kamu.”
Akhirnya, setelah banyak doa serta meminta pertimbangan orangtua akhirnya saya memberanikan diri mendaftar kuliah di jurusan Pendidikan Agama Kristen di Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta. Dengan pertolongan Tuhan akhirnya saya bisa berkuliah meskipun dengan biaya pas-pas an. Setelah 1-2 semester berjalan, ketika menerima hasil studi saya kaget dan dibuat heran bagaimana nilai saya paling tinggi di antara teman sekelas yang dimana mereka jauh memiliki segalanya dan bahkan seorang anak pendeta atau mungkin guru. Tapi Puji Tuhan, Tuhan menyertai kehidupan saya begitu luar biasa, akhirnya melalui nilai tersebut saya mendapat beasiswa prestasi dimana melalui beasiswa tersebut saya mendapat potongan SPP Variabel dan saya terus pertahankan sampai lulus. Empat tahun itu bukan masa yang mudah—saya harus bekerja sambil kuliah: membantu orangtua ke sawah, jual pulsa dan sebagainya. Di samping itu di kampus saya juga tidak hanya kuliah, tetapi juga menjadi aktivis mahasiswa yang terlibat diberbagai banyak kegiatan di kampus. Puji Tuhan saya dipilih menjadi ketua BEM selama 1 Periode. Saya terlibat di program mentoring kampus, dimana saya mementoring mahasiswa baru untuk lebih dekat kepada Tuhan, terus dan teman-teman juga mendirikan Panti Asuhan dimana menampung anak-anak dari Mentawai dan Nias untuk disekolahkan di SMA Immanuel Kalasan. Tapi di tengah semua kesibukan itu, saya tahu satu hal: saya sedang berjalan dalam rencana Tuhan.
Ketika saya lulus dari Program S1, saya kaget dan dibikin terharu oleh Tuhan, dimana saya lulus dengan Predikat Cumlaude dan lulusan terbaik Program Studi. Tapi sekali lagi, panggilan itu belum berhenti. Tuhan taruh kerinduan dalam hati saya untuk memperdalam ilmu dan menjangkau lebih banyak jiwa lewat pendidikan. Namun kembali lagi, saya berpikir biaya kuliah dari mana dan apakah saya mampu mengambil Pendidikan S2. Selain itu juga, saya juga tidak tertarik menjadi PNS seperti teman-teman saya yang lainnya. Saya berdoa kepada Tuhan dan minta diberikan petunjuk lagi. Puji Tuhan, Tuhan menjawab doa saya dimana saya dihubungi oleh Ibu Inge Handoko (Ketua Yayasan Iman Indonesia) waktu itu, saya diminta untuk kerja sebagai staff administrasi S3 STTII Yogyakarta. Saya sempat bingung apa maksud Tuhan dibalik semua ini, akhirnya tanpa pikir panjang saya menerima tawaran itu untuk menjadi Staff. Meskipun tidak mudah dan banyak tekanan, dimana lulusan terbaik hanya menjadi Staff Administrasi, tapi saya menjalani dengan semangat dan tekun. Puji Tuhan, tidak lama saya bekerja Tuhan memberikan mujizat lagi dimana lewat Bu Inge saya mendapat beasiswa untuk kuliah S2, dimana saya dihubungkan dengan Bu Melinda yang membuat program beasiswa pada waktu itu, program beasiswa tersebut namanya SENSASI sekarang. Puji Tuhan, akhirnya saya bisa melanjutkan studi S2 di bidang Pendidikan Agama Kristen di UKRIM, lagi-lagi dengan bantuan beasiswa dan mujizat demi mujizat.
Saya menjalani kuliah S2 sambil bekerja sebagai staff administrasi, tidak mudah kuliah sambil bekerja. Tetapi saya harus membuktikan dan membuat bangga orang yang telah membiayai kuliah saya. Puji Tuhan program S2 saya tempuh selama 2 tahun dan lulus dengan nilai Cumlaude dan menjadi lulusan terbaik prodi kembali, itu semua karena penyertaan Tuhan dan bukan karena kekuatan saya semata.
Sekarang saya sudah menjadi dosen Pendidikan Agama Kristen di Universitas Kristen Immanuel. Setiap kali saya berdiri di depan kelas, saya tidak lupa asal saya. Saya tahu, saya bukan siapa-siapa. Tapi saya percaya: Tuhan sanggup memakai siapa saja yang bersedia taat.
Saya sering bilang ke mahasiswa saya, “Kalian boleh dari keluarga biasa. Boleh punya masa lalu yang gelap. Tapi jangan batasi Tuhan. Kalau Tuhan bisa pakai anak buruh dari Klaten jadi dosen, Dia juga bisa pakai kalian jadi terang di mana pun.”
Hidup saya masih jauh dari sempurna. Tapi saya ingin terus hidup bagi Tuhan. Melayani lewat pendidikan. Membagikan firman-Nya. Dan menjadi bukti bahwa iman, kerja keras, dan kasih Tuhan tak pernah sia-sia.
Terima kasih sudah mendengarkan kesaksian saya. Kiranya hidup saya boleh jadi berkat, bukan karena saya hebat, tapi karena Tuhan luar biasa.
Tuhan memberkati.